Sunday, December 22, 2013
Perjuangan Seorang Ibu Atas Kesembuhan Anaknya
Sungguh mengharukan, perjuangan seorang ibu ini yang terus berusaha atas kesembuhan anaknya dari penyakit kanker, Sampai detik detik terakhir kehidupan anaknya, ia terus menemani anaknya dan yakin akan kesembuhanya. Meskipun langkah terakhir yang dia ambil harus melepaskan kepergian anaknya.

Cyndie bermain2 dengan anaknya Derek Madsen, 10,  menyusuri lorong di UC Davis Medical Center di Sacramento 21 Juni 2005.  Sang Ibu berhasil mengalihkan perhatian anaknya dari ketakutan akan  pengambilan tulang sumsumnya. Para dokter menganalisa apakah sang Anak  cocok untuk transpalasi sel batang darah yang merupakan harapan terbaik  untuk kesembuhannya akan Kanker Neuroblastoma, sebuah kanker yang jarang  dijumpai pada anak2, penyakit tsb ditemukan pada Derek Madsen pd bulan  November 2004.

Sang Ibu ( Cyndie) memeluk anaknya, Derek Madsen ( umur  10 ) tertanggal 25 Juli 2005. Stlh menyadari Derek perlu dioperasi utk  mengangkat tumor kanker di daerah perut nya. Rasa khawatir, kalut dan  sedih bercampur aduk pada sang Ibu. “Bagaimana aku tetap bisa bekerja  mencari uang dan melakukan ini?” Sang Ibu mulai cemas .

Derek Madsen, 10, mendapatkan pijatan lembut dari sang  Ibu, Cyndie French, di salon miliknya di Sacramento. “Saya akan  melakukan apapun utk membuatnya bahagia, melihatnya tersenyum.” Ujar  Sang Ibu. Sebagai orang tua tunggal untuk lima anaknya, Cyndie harus  menjual salonnya akibat kehabisan uang untuk perawatan medis anaknya .

 Derek bermain2 dan tidak mau turun atas penolakannya utk  dioperasi. Sang Ibu membujuknya turun dan berjanji agar pembedahan  ditunda utk waktu yang akan datang. Cyndia, membutuhkan waktu berjam-jam  utk membujuk sang Anak di dekat pintu hospital, UC Davis Medical Center  Sacramen.  

Setelah ultah ke 11 Derek Madsen dan Ibunya yg ke 40,  ditemani kakaknya Micah Moffe, 17, di samping kiri, dan Ibunya Cyndie,  di samping kanan, utk menjalani persiapan terapi radiasi 30 November  2005.

 6 Februari 2006, Dokter Derek merekomendasikan Cyndie utk  mencari seorang perawat untuk membantu di rumah. Ia tidak memberitahu  Derek tentang percakapan itu, tapi menangis secara diam2 di balik pintu.  “Saya pikir tdk perlu memberitahunya,” ujar sang Ibu. “Mengapa? Buat  Apa?” Merasakan kesedihan sang Ibu, Derek mencoba menghibur Ibunya walau  tidak begitu mengerti apa yang sedang terjadi.   

 Menyadari kemungkinan tdk ada kesempatan lagi untuk  mengemudi mobil dewasa kelak. Sang Ibu melanggar aturan membiarkan  anaknya menyetir sepanjang jalan di Sacramento Barat. 9 Feb 2006, Cyndie  bertemu dengan perawat rumahnya, dan memberitahunya bahwa waktu Derek  tinggal lama lagi.

Derek menangis dan sang Ibu mencoba meyakinkannya (UC  Davis Cancer Center, 14 Feb 2006). Sang Ibu dan Dr. William Hall  mendesak Derek utk mendapatkan serangkaian terapi radiasi utk menghambat  penyebaran tumor ke seluruh tubuhnya dan akhirnya dapat mengurangi rasa  sakitnya. “Derek, kamu tidak akan sembuh jika tidak mau melakukan ini,”  ujarnya. Derek membantah: “Saya tdk Perduli! Bawa aku pulang. Aku sudah  tdk ada harapan. Apakah kamu mendengarkan saya ? Aku sudah tdk ada  harapan.”  

Cyndie bermain2 dengan anaknya, selama menunggu panggilan dari Dokter.

 Cyndie mengusap pipi sahabatnya yang sedang menangis,  Kelly Whysong, kiri, 24 April 2006, takut bahwa waktu Derek tidak lama  lagi. Cyndie menulis sebuah surat utk anaknya tentang betapa berani  dirinya selama masa perjuangannya melawan kanker. Ia membacakan utk  anaknya secara berulang-ulang, dan berharap sang Anak dapat  mendengarnya. 

 Setelah meletakkan kain bergambar bunga utk menyejukkan  kepala sang Anak, sang Ibu menangis tersedu2 dan jatuh ke lantai.  Sahabatnya, Kelly Whysong dan Nick Rocha mencoba menghiburnya. Derek  sudah terlalu lemah menyadari keberadaan sang Ibu sebagaimana sang Ibu  terus menerus berjaga di sampingnya. 

 Energi disaat terakhir utk bangun setelah berhari-hari ia  berada di atas ranjangnya. Sang Ibu menolong anaknya utk berjalan (26  April). Sebuah Kanker Tumor telah membuat perut Derek menjadi kembung  dan celananya menjadi tidak muat lagi. Sedangkan Tumor yang lain  menyerang di otaknya dan membuat penglihatan Derek menjadi kabur  sehingga ia sulit utk kemana-mana di dalam rumah kontrakannya. 

 Derek menolak pengobatan apapun karena ia takut malah  akan membuat lebih sakit dan merusak organnya. Ia mengamuk dengan hebat  dan menyalahkan sang Ibu (28 April) tdk membuatnya lebih sehat. “Kamu  harus tenang, nak dan biarkan aku menolongmu”, Cyndie terbata-bata. 

 Derek mencium ibunya di lapangan, sebagaimana adiknya  berdiri di samping. Cyndie memberitahu kpd orang di sana bahwa ia bangga  akan keberanian anaknya dalam melawan kanker 

Cyndie merangkul Derek 8 Mei. Terapi yang membuat ia  sulit berbicara dan membuatnya terjaga sepanjang malam. Kecuali utk  beberapa menit sewaktu perawat berada di sana, Cyndie hampir  menghabiskan setiap momen dengan berada di samping anaknya. “Saya telah  lelah melebihi keyakinanku tapi Aku harus melakukan ini. Ia akan
memanggil namaku dan selalu berharap aku berada di sisinya,” Ujar Cyndie
memanggil namaku dan selalu berharap aku berada di sisinya,” Ujar Cyndie

 Dalam usahanya membawa keluar Derek utk merasakan  kehangatan mentari dan udara luar. sang Ibu melewati pintu2 yang sudah  dipasangi karya seni dan kartu2 ucapan dari teman sekelas anaknya. Derek  Madsen keluar rumah untuk yang terakhir kalinya. 

 Cyndie berkecamuk dalam batinnya, 10 Mei, utk memutuskan  agar anaknya dapat meninggal tanpa perlu terlalu sakit berlama-lama. Ia  membiarkan sang Suster melakukan tugasnya. 

 Tidak lama kemudian, Secara perlahan-lahan Derek Madsen meninggal di pangkuan sang Ibu, Cyndie. 10 Mei 2006 

 Cyndie memimpin pemakaman anaknya Derek Madsen,  didampingi Derek, Anthony, Micah, Vincent Morris dan beberapa teman  lainnya. Derek dimakamkan di Mount Vernon Memorial Park, California, 19  Mei 2006. “Saya akan selamanya mengingat kamu di dalam hatiku dan  mengingatkan orang lain untuk memberikan waktu, tenaga dan dukungan pada  keluarga mereka atau kepada yang membutuhkan sebagaimana adanya kita,”  ujar sang Ibu.
Labels:
anaknya,
atas,
ibu,
kesembuhan,
perjuangan,
seorang
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment